Deco Punya Visi: Kejayaan Liga Champions PSG

Deco Punya Visi: Kejayaan Liga Champions PSG Seharusnya Milik Barcelona
Kebangkitan FC Barcelona di musim 2024/25 telah menjadi cerita besar dalam dunia sepak bola Eropa. Di bawah arahan Hansi Flick, klub asal Catalunya itu berhasil menyapu bersih gelar domestik, termasuk La Liga, Copa del Rey, dan Supercopa de España. Namun di balik euforia kemenangan, ada satu figur kunci yang bekerja dalam diam dan membentuk fondasi dari keberhasilan ini: Deco, direktur olahraga klub IDCWIN88.
Meski tidak banyak mendapat sorotan, langkah strategis Deco dalam menyusun ulang struktur teknis dan arah rekrutmen Barcelona telah menjadi salah satu faktor penentu. Namun, sebuah laporan terbaru dari SPORT mengungkapkan bahwa lintasan sukses ini bisa saja mengambil arah berbeda arah yang pada akhirnya terwujud, tetapi bukan di Barcelona. Kejayaan PSG di Liga Champions musim ini seolah menjadi refleksi dari rencana awal Deco yang tidak sepenuhnya terealisasi.
Luis Enrique dan Jalan yang Terlewatkan
Setelah keputusan mengejutkan untuk berpisah dengan Xavi, Deco langsung bergerak cepat. Dalam daftar pendeknya, hanya dua nama muncul sebagai kandidat pengganti: Luis Enrique dan Rafa Márquez. Di mata Deco, Enrique adalah sosok yang ideal, pelatih dengan riwayat kesuksesan, kedekatan emosional dengan klub, dan kemampuan terbukti dalam mengembangkan pemain muda.
Barcelona sempat melakukan pendekatan. Namun, Enrique yang baru saja menyelesaikan musim perdananya di Paris Saint-Germain memilih untuk bertahan. Keputusan itu kini terlihat krusial. Enrique bukan hanya bertahan di Paris, tetapi juga membawa klub ibu kota Prancis itu meraih treble kontinental, Liga Champions, UEFA Super Cup, dan Piala Dunia Antarklub. Pencapaian tersebut menandai keberhasilan PSG yang selama ini dinanti dan memperkuat keyakinan Deco bahwa Enrique adalah pilihan terbaik yang terlewatkan.
Ironisnya, keberhasilan ini hadir di klub yang selama bertahun-tahun mencoba meniru blueprint Barcelona era Pep Guardiola, sebuah ironi yang mempertegas pengaruh tak langsung filosofi sepak bola Catalan di ibu kota Prancis.
Deco Punya Doué, Campos, dan Rekrutmen yang Gagal Direbut
Di luar pemilihan pelatih, pengamatan tajam Deco terhadap talenta muda juga sempat memberi Barcelona peluang emas. Sementara opini publik dan media terfokus pada saga transfer Nico Williams dari Athletic Bilbao, Deco telah mengidentifikasi satu nama yang menurutnya lebih menjanjikan: Désiré Doué dari Rennes.
Doué, gelandang muda berbakat asal Prancis, menjadi target diam-diam Barcelona. Namun keterbatasan finansial akibat pembatasan La Liga dan cepatnya manuver PSG membuat Barcelona harus puas melihat target mereka bergabung ke Paris. Luis Campos, direktur olahraga PSG, bergerak cepat dan mengamankan Doué dengan nilai transfer yang dinilai cukup efisien untuk potensi sebesar itu.
Kegagalan Barcelona dalam merekrut Doué tidak sepenuhnya karena kelalaian. Deco sudah berada di jalur yang tepat, namun realitas keuangan dan keterlambatan pergerakan menjadi penghalang. PSG, dengan kekuatan finansial dan fleksibilitasnya, mampu memanfaatkan celah yang ada, dan Doué kini menjadi bagian penting dari skuad pemenang Liga Champions.
Deco Punya Laporta, Campos, dan Visi yang Terpecah
Kisah ini menjadi semakin kompleks jika ditelusuri ke belakang. Jauh sebelum menjabat sebagai direktur olahraga Barcelona, Deco pernah berperan aktif dalam strategi kampanye Joan Laporta saat pemilihan presiden klub. Salah satu rekomendasinya saat itu adalah untuk menunjuk Luis Campos sebagai arsitek utama rekrutmen klub, sebuah langkah yang dianggap mampu menyeimbangkan krisis keuangan dengan kebutuhan tim.
Namun, Laporta memilih Mateu Alemany, seorang eksekutif yang lebih konservatif dan berpengalaman di lingkup domestik Spanyol. Ketika Alemany kemudian meninggalkan posisinya, Deco masuk menggantikan. Tapi, momen emas untuk membawa Campos ke Barcelona telah berlalu. PSG yang melihat potensi besar Campos langsung menyambutnya, dan hasilnya kini nyata: klub Paris menjadi kekuatan dominan Eropa dengan fondasi pemain muda yang solid dan strategi rekrutmen yang tepat sasaran.
Barcelona mungkin telah menutup musim dengan tinta emas di dalam negeri. Namun, dari sudut pandang Deco, keberhasilan PSG bisa terasa seperti cermin dari rencana yang semestinya menjadi milik Barcelona. Pemilihan pelatih, strategi transfer, dan pengelolaan bakat muda semuanya telah ia prediksi dengan akurasi tinggi hanya saja, sebagian besar realisasinya terjadi di luar klub.
Ke depan, Barcelona memiliki pondasi yang lebih kokoh, berkat kepemimpinan Deco. Tetapi jika ada pelajaran dari musim ini, maka itu adalah pentingnya kecepatan eksekusi dan keberanian mengambil keputusan strategis sebelum kesempatan berpindah tangan ke klub rival.