Juventus Terlalu Sering Imbang: Cermin Inkonsistensi Musim Ini

Juventus Terlalu Sering Imbang: Cermin Inkonsistensi Musim Ini
Serie A 2024/2025 telah menutup tirainya. Di saat Napoli bersuka cita mengangkat trofi Scudetto, Juventus—klub dengan koleksi gelar terbanyak sepanjang sejarah Serie A—malah menyisakan serangkaian pertanyaan. Salah satu yang paling mencolok: mengapa hasil seri begitu mendominasi musim Juventus kali ini? LGOACE
Statistik yang Tak Menyamankan: 16 Kali Imbang
Juventus finis di posisi keempat klasemen dengan koleksi 70 poin. Secara sepintas, ini bukan pencapaian buruk. Namun, mari kupas lebih dalam. Dari total poin tersebut, 16 pertandingan berakhir dengan hasil imbang, menjadikan Juve sebagai tim paling sering seri di Serie A musim ini.
Bahkan, jika dibandingkan dengan seluruh klub di lima liga top Eropa—Liga Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, dan Prancis—Juventus menjadi yang paling sering mencatat hasil seri, sejajar dengan Osasuna dari La Liga. Fakta ini bukan hanya statistik biasa. Ia adalah cermin yang memantulkan wajah Juventus yang gamang di tengah persaingan.
Rentetan Hasil Imbang yang Menghantui
Rentetan hasil imbang Juventus pun tak sporadis, melainkan membentuk pola yang berulang. Tercatat:
- Giornata 3–5: 3 kali imbang berturut-turut
- Giornata 13–16: 4 kali imbang berturut-turut
- Giornata 18–20: 3 kali imbang berturut-turut
- Ditambah dua kali hasil seri beruntun lainnya, serta beberapa seri yang berdiri sendiri.
Deretan hasil seri itu menjelma batu sandungan bagi Juventus dalam upayanya mengejar gelar juara. Meski hanya mencatat 4 kekalahan sepanjang musim—jumlah yang sama dengan Napoli sang kampiun—kerapnya kehilangan dua poin di banyak laga membuat mereka tertinggal jauh di papan atas.
Inkonsistensi: Luka Lama yang Belum Sembuh
Musim ini, Juventus sempat menunjukkan harapan dengan lima kemenangan beruntun pada Februari hingga awal Maret. Namun itu hanya ledakan sesaat. Selebihnya, Juventus tampak seperti tim yang ragu pada identitasnya sendiri—terlalu berhati-hati, terlalu kompromistis, dan tidak tuntas saat memegang momentum kemenangan.
Dalam sepak bola, tidak semua kemenangan butuh keindahan. Tapi Juventus musim ini justru sering kehilangan kemenangan karena terlalu lama menimbang keputusan di lapangan.
Ironi: Hanya Dua Imbang di Atas Tim Degradasi
Lebih menyakitkan lagi, Venezia—klub yang dikalahkan Juventus di giornata pamungkas musim ini dan akhirnya terdegradasi—hanya mencatat 14 kali hasil imbang, dua lebih sedikit dari Juventus. Bayangkan, tim zona merah hanya terpaut dua hasil seri dari klub yang masuk empat besar.
Ini adalah alarm bagi manajemen. Sebab jika Juventus ingin kembali ke jalur juara, seringnya bermain aman tak bisa jadi strategi jangka panjang. Kadang, menang dengan susah payah lebih berarti daripada seri dengan nyaman.
Tetap Layak Diapresiasi?
Di tengah segala kekurangan, ada hal yang tetap patut dicatat. Juventus, dengan 16 hasil imbang itu, masih mampu finis di posisi keempat, mengamankan tiket Liga Champions untuk musim depan. Bandingkan dengan Torino, Lecce, atau Genoa yang juga punya belasan hasil seri, namun terlempar jauh dari zona Eropa.
Jadi, walau tampil tak meyakinkan, Juventus tetap lebih tangguh dalam mengamankan poin-poin penting di momen-momen genting. Mungkin di sinilah sisa-sisa mental juara mereka masih menyala.
Menuju Musim Baru: Perubahan atau Kehilangan Arah?
Musim telah usai, tapi pekerjaan rumah Juventus baru dimulai. Jika inkonsistensi ini dibiarkan, bukan tidak mungkin musim depan akan lebih mengecewakan. Serie A semakin kompetitif, dan rival-rival seperti Inter, Milan, serta Roma tengah berbenah serius.
Juventus butuh lebih dari sekadar pelatih baru atau strategi permainan. Mereka perlu menemukan ulang karakter: berani ambil risiko, berani menang dengan gaya, dan tak ragu bertaruh saat dibutuhkan.