Anomali Tottenham: Banyak KalahTetap ke Liga Champions

Anomali Tottenham: Banyak Kalah, Tapi Tetap Melaju ke Liga Champions

Anomali Tottenham: Banyak Kalah, Tapi Tetap Melaju ke Liga Champions

Di tengah kerasnya persaingan lima liga top Eropa, satu nama mencuat bukan karena jumlah kemenangan—melainkan kekalahan. Tottenham Hotspur mencatatkan ironi sepak bola modern: menjadi salah satu tim dengan kekalahan terbanyak, tapi tetap mengamankan tempat di panggung tertinggi benua biru—Liga Champions UEFA. LGODEWA

Statistik yang Menohok: 22 Kekalahan dalam Satu Musim

Musim 2024/2025 Liga Inggris telah rampung. Tottenham menutup musim dengan 38 poin dari 38 laga, hasil dari 11 kemenangan, 5 hasil imbang, dan 22 kekalahan. Angka kekalahan itu bukan angka biasa. Ia mengantar Tottenham ke dalam klub elite “terbanyak kalah” di Eropa musim ini.

Berdasarkan data dari StatMuse, Spurs menempati peringkat ketujuh tim dengan kekalahan terbanyak dari seluruh peserta lima liga top Eropa (Premier League, Serie A, La Liga, Bundesliga, dan Ligue 1). Di atasnya, hanya ada tim-tim seperti Southampton, Real Valladolid, Monza, Montpellier, Leicester City, dan Ipswich Town—semuanya mengalami nasib pahit: degradasi.

Namun Tottenham beda. Meski jatuh berkali-kali, mereka tak terlempar dari kasta tertinggi. Bahkan, mereka justru naik panggung lebih tinggi.

Tim Terbanyak Kalah yang Tak Terdegradasi

Dalam daftar tim yang mencatatkan 20 kekalahan atau lebih namun tetap bertahan di liga masing-masing, Tottenham berada di urutan teratas. Klub-klub lain yang masuk dalam daftar ini antara lain:

  • Verona (21 kekalahan)
  • Wolves (20)
  • Cagliari (20)
  • Lecce (20)
  • Le Havre (20)

Namun, kelima tim tersebut sama-sama finis di papan bawah klasemen. Tottenham? Mereka malah mengamankan tiket Liga Champions—ironi yang tak bisa dijelaskan sekadar lewat angka.

Ironi Klasemen: Finis Ke-17 tapi ke UCL

Kenyataan di klasemen akhir Liga Inggris terasa lebih getir dan ajaib sekaligus. Tottenham finis di posisi ke-17, satu tingkat di atas zona degradasi. Namun, sejarah tidak hanya ditulis dari angka-angka di tabel liga. Ada faktor lain yang membuka pintu ke kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa.

Jawabannya: Liga Europa.

Tottenham mungkin tak bersinar di liga domestik, tapi mereka menjadi juara Liga Europa musim ini. Trofi itu menjadi jembatan emas yang membawa mereka melenggang ke UEFA Champions League 2025/2026. Sebuah pelarian dramatis dari bayang-bayang kegagalan di Premier League.

Momentum di Tengah Keterpurukan

Pertanyaannya: bagaimana tim dengan performa inkonsisten bisa meraih kejayaan di kancah Eropa? Jawabannya mungkin terletak pada mentalitas pertandingan knockout, atau semangat “do or die” yang lebih cocok untuk Spurs versi musim ini.

Meski di liga domestik mereka terpeleset berulang kali, di kompetisi Eropa, Tottenham justru tampil lebih stabil, disiplin, dan tajam saat dibutuhkan. Mereka mengalahkan lawan-lawan besar, menyingkirkan rintangan, dan keluar sebagai kampiun di final yang menegangkan.

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Tottenham?

Tottenham Hotspur memberikan kita pelajaran penting: banyak kalah bukan berarti kalah segalanya. Dalam sepak bola, seperti dalam hidup, konsistensi memang penting, tapi momen juga menentukan. Tim ini membuktikan bahwa satu kemenangan di tempat dan waktu yang tepat bisa menutup puluhan luka.

Mereka bukan juara liga. Mereka bukan tim terbaik musim ini. Tapi mereka adalah tim yang cukup kuat untuk menang saat segalanya dipertaruhkan.

Kesimpulan: Keajaiban Bernama Tottenham

Di antara statistik yang membingungkan dan fakta yang ironis, Tottenham Hotspur berdiri sebagai pengingat bahwa sepak bola tak selalu bisa ditebak. 22 kekalahan bukan alasan untuk menyerah. Bahkan, di tengah musim yang suram, Spurs mampu menciptakan kisah yang akan dikenang: dari nyaris degradasi menjadi peserta Liga Champions.

Mungkin benar, dalam sepak bola, keajaiban masih hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *