Sulit Diterima Leicester! Tersingkir karena Gol

Sulit Diterima Leicester City harus menerima kenyataan pahit. Bukan karena permainan buruk, melainkan akibat gol kontroversial yang membuat mereka tersingkir dari Piala FA. Harry Maguire mencetak gol kemenangan bagi Manchester United dalam posisi offside—tetapi tanpa VAR di babak keempat kompetisi ini, keputusan tetap berpihak pada Setan Merah MPOID LINK GACOR DAN AMAN.
Drama di Menit Akhir: Gol Maguire yang Diperdebatkan
Laga di Old Trafford, Sabtu (8/2/2025) dini hari WIB, berlangsung sengit. Leicester sempat unggul lebih dulu melalui Bobby De Cordova-Reid. Namun, keunggulan itu sirna setelah Joshua Zirkzee menyamakan kedudukan, sebelum akhirnya Maguire mencetak gol kemenangan di masa injury time.
Namun, gol Maguire menimbulkan polemik. Dalam tayangan ulang, terlihat jelas bek berusia 31 tahun itu berada dalam posisi offside saat menerima umpan Bruno Fernandes dari tendangan bebas. Tanpa VAR, wasit tetap mengesahkan gol tersebut. Keputusan yang membuat Leicester, dan para pendukungnya, merasa diperlakukan tidak adil.
VAR Absen, Kontroversi Hadir
Di sinilah letak persoalannya: FA musim ini memutuskan bahwa VAR baru akan digunakan mulai babak kelima Piala FA. Sebuah keputusan yang menuai kritik tajam. Musim lalu, VAR sudah diterapkan sejak babak ketiga—minimal di stadion klub-klub Premier League. Namun, dengan dalih menciptakan “kesetaraan” bagi tim dari berbagai divisi, FA justru membuka ruang bagi keputusan-keputusan krusial yang bisa merugikan salah satu pihak.
Jika VAR tersedia, hasil pertandingan ini mungkin akan berbeda. Maguire bisa saja menjadi sosok yang menyelamatkan Leicester, bukan justru memupus harapan mereka. Sayangnya, teknologi yang seharusnya menjamin keadilan justru absen di momen paling menentukan.
Ruud van Nistelrooy: “Ini Bukan Soal Fergie Time”
Manajer Leicester City, Ruud van Nistelrooy—yang ironisnya merupakan mantan bintang Manchester United—menyuarakan ketidakpuasannya.
“Kami mendominasi permainan dan tampil solid. Tapi ketika aturan tidak konsisten, hasil pertandingan bisa sangat dipengaruhi oleh keputusan wasit,” ujar Van Nistelrooy dalam konferensi pers pasca-laga.
“Saya bukan tipe orang yang suka mencari alasan. Tapi ini soal keadilan. Jika VAR digunakan di laga lain, mengapa di sini tidak? Keputusan seperti ini yang membuat sepak bola terasa tidak adil.”
Sulit Diterima Reaksi Pemain dan Suporter Leicester
Kekecewaan juga terpancar dari para pemain Leicester. Kapten James Maddison, yang tampil apik sepanjang laga, mengungkapkan perasaannya di media sosial.
“Kami sudah berjuang mati-matian, tapi sepak bola kadang memang tidak adil. Kami akan bangkit!” tulisnya di akun X (Twitter).
Suporter Leicester pun bereaksi keras. Banyak yang mempertanyakan kebijakan FA di berbagai platform media sosial. Beberapa menyebut bahwa Piala FA—kompetisi tertua di dunia—seharusnya lebih konsisten dalam menerapkan teknologi VAR demi menghindari keputusan yang merugikan salah satu tim.
Sulit Diterima Manchester United Lolos, Leicester Harus Move On
Dengan kemenangan ini, Manchester United melaju ke babak kelima Piala FA, memperbesar peluang mereka meraih trofi. Erik ten Hag tentu senang, tapi apakah kemenangan ini akan terus dibahas dalam kontroversi? Kemungkinan besar, iya.
Sementara itu, Leicester harus mengalihkan fokus ke kompetisi domestik. Meski tersingkir dengan cara yang menyakitkan, performa mereka di laga ini menunjukkan bahwa The Foxes masih memiliki potensi besar untuk bersaing di papan atas.
Kesimpulan: VAR, Keadilan yang Dipertanyakan
Laga ini mengajarkan satu hal: sepak bola modern butuh VAR, tidak hanya di sebagian pertandingan, tetapi di semua laga penting. Jika teknologi ini hadir untuk menciptakan keadilan, mengapa malah dihilangkan di babak-babak awal kompetisi?
Leicester City mungkin telah tersingkir, tetapi perdebatan ini belum selesai. Pertanyaannya kini, akankah FA belajar dari kontroversi ini? Atau kita akan menyaksikan kasus serupa terjadi lagi di masa depan?