Drama PSG: Hubungan Mbappe dan Al-Khelaifi Memburuk
Drama PSG Dulu, hubungan antara Mbappe dan Al-Khelaifi kerap digambarkan sebagai hubungan antara ayah dan anak. Sang presiden sangat memanjakan Mbappe, memberikannya perlakuan istimewa, dan bahkan menjanjikan proyek ambisius untuk menjadikan PSG sebagai kekuatan besar di Eropa. Tapi siapa sangka kekecewaan mbappe akan janji manis dari Al-Khelaifi membuatnya tak betah dengan janji manis tersebut MPO08.
Puncak kekecewaan Mbappe terjadi pada musim panas 2022. Setelah menolak tawaran menggiurkan dari Real Madrid dan memutuskan untuk memperpanjang kontraknya bersama PSG, Mbappe berharap klub akan melakukan segala cara untuk merealisasikan ambisinya meraih gelar Liga Champions. Namun, kenyataan berbicara lain.
Beberapa janji yang diberikan Al-Khelaifi, seperti mendatangkan pemain bintang tambahan dan membangun tim yang lebih kuat, tidak sepenuhnya terpenuhi. Mbappe merasa dikhianati dan mulai meragukan komitmen PSG untuk meraih kesuksesan di level tertinggi.
Surat Terbuka dan Konflik Terbuka
Puncak dari ketegangan antara Mbappe dan PSG terjadi ketika pemain berusia 24 tahun itu mengirimkan surat terbuka kepada klub, di mana ia menyatakan keinginannya untuk meninggalkan PSG. Surat ini menjadi bom waktu yang meledakkan hubungan yang selama ini terlihat harmonis.
Akibat dari surat tersebut, Mbappe sempat dihukum oleh klub dengan tidak diikutsertakan dalam beberapa sesi latihan. Hukuman ini semakin memperburuk suasana di ruang ganti PSG dan memicu spekulasi mengenai masa depan Mbappe.
Salah satu faktor yang memicu konflik antara Mbappe dan PSG adalah kegagalan PSG untuk mendominasi sepak bola Eropa. Walaupun pada saat itu, PSG telah mendatangkan pemain bintang seperti Neymar dan Lionel Messi, tapi belum sama sekali memenangkan Liga Champions. Kegagalan ini membuat Mbappe merasa frustrasi dan kehilangan kepercayaan dirinya yang telah dibangun di PSG.
Pertikaian dan Atmosfer yang Tegang
Ketidakpuasan Mbappe terhadap situasi di PSG semakin terbuka ke permukaan. Beberapa laporan media menyebutkan adanya perselisihan antara Mbappe dan Al-Khelaifi terkait strategi tim, pemilihan pelatih, dan kebijakan transfer.
Alasan ini juga yang membuat Final Piala Prancis kemarin menjadi panggung terakhir bagi Mbappe untuk mengenakan seragam PSG. Meskipun berhasil meraih gelar juara, namun sorotan tetap tertuju pada masa depannya. Setelah pertandingan, Mbappe terlihat sangat emosional dan mengucapkan terima kasih kepada para pendukung PSG.
Drama PSG Dampak Kepergian Mbappe
Kepergian Mbappe tentu memberikan dampak besar bagi PSG. Selain kehilangan sosok bintang yang sangat penting, PSG juga akan kehilangan daya tarik komersial yang sangat besar. kepergian Mbappé membuka pintu bagi para pemain muda PSG untuk bersinar. PSG harus segera mencari pemain baru yang bisa membuat penyegaran tim makin bagus khususnya menggantikan peran penting Mbappé.
Di balik layar, agen dan pengacara Mbappe juga memainkan peran yang sangat penting dalam konflik ini. Mereka terus menekan PSG untuk memenuhi tuntutan klien mereka, baik terkait gaji, bonus, maupun proyek olahraga. Kesetiaan seorang pemain tidak selamanya bisa dibeli dengan uang dan janji. Klub harus benar-benar serius dalam membangun proyek jangka panjang dan memenuhi janji yang telah diberikan kepada pemain.
Selain janji yang tak terpenuhi, kita bisa menggali lebih dalam mengenai alasan lain yang mendorong Mbappe untuk pergi, seperti ambisi pribadi untuk meraih Ballon d’Or, ketidakpuasan dengan gaya bermain tim, dan adanya tawaran dari Real Madrid. Bagaimana PSG akan mengganti kehilangan pendapatan dari sponsor dan penjualan merchandise yang terkait dengan Mbappe?